Showbiznesia.com – Sutradara Hanung Bramantyo mengungkapkan rasa syukurnya setelah film terbarunya, Gowok Kamasutra Jawa atau Gowok – Javanese Kamasutra, resmi terpilih untuk bersaing dalam Big Screen Competition di International Film Festival Rotterdam (IFFR) 2025.
Film ini akan tayang perdana di festival tersebut dalam beberapa sesi, sebuah pencapaian yang membuat Hanung merasa bangga.
Ketika dihubungi awak media, Hanung awalnya mengira bahwa film ini hanya lolos seleksi awal saja. Namun, kenyataan bahwa filmnya benar-benar masuk ke dalam kompetisi membuatnya semakin bersyukur.
“Saya sempat berpikir ini hanya seleksi official saja. Tapi saat saya tahu *Gowok* mendapat kesempatan untuk berkompetisi, tentunya ini merupakan sebuah kebanggaan,” ujar Hanung Bramantyo, Jumat (31/1/2025).
“Saya tidak tahu harus berkata apa lagi selain berterima kasih dan bersyukur,” lanjutnya.
Hanung juga mengaitkan keberhasilan ini dengan doa yang ia panjatkan saat menunaikan ibadah haji beberapa waktu lalu.
“Saya berpikir bahwa ini adalah jawaban dari doa saya saat haji beberapa waktu lalu,” ungkap Hanung sambil tertawa.
“Saat itu saya berdoa agar karya-karya saya tidak hanya dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia tetapi juga menembus dunia,” katanya.
IFFR 2025 akan berlangsung pada 30 Januari – 9 Februari 2025. Festival ini dikenal sebagai ajang bagi film-film yang berani menggabungkan eksplorasi estetika dengan unsur hiburan.
Sebagai salah satu film yang berkompetisi, Gowok Kamasutra Jawa akan tayang di IFFR pada beberapa tanggal, yaitu Minggu, 2 Februari 2025, Senin, 3 Februari 2025, Rabu, 5 Februari 2025, dan Kamis, 6 Februari 2025.
Film ini mengambil latar waktu 1955-1965 dan mengangkat kisah unik serta kontroversial tentang profesi gowok, seorang guru yang mengajarkan keterampilan seksual kepada calon pengantin pria sebelum menikah.
Lewat kitab-kitab klasik Jawa seperti Centhini, Nitimani, dan Wulangreh, para gowok membimbing laki-laki untuk memahami hak perempuan dalam hubungan, baik secara emosional maupun fisik.
Namun, setelah peristiwa 1965, profesi ini dihapuskan karena dianggap sebagai praktik pelacuran terselubung, dan kini keberadaannya hanya tinggal legenda.