Showbiznesia.com – Netflix bekerja sama dengan MD Entertainment menghadirkan film original Indonesia terbaru berjudul Setetes Embun Cinta Niyala, yang akan tayang mulai 31 Maret 2025.
Film ini diadaptasi dari novel laris karya Habiburrahman El Shirazy dan menyuguhkan kisah cinta Islami yang penuh makna.
Produser Manoj Punjabi bersama sutradara Anggy Umbara dan penulis Habiburrahman El Shirazy membagikan pengalaman mereka dalam menggarap film ini.
“Awalnya kami membuat film ini untuk ditayangkan di layar lebar, tapi kemudian ternyata kami berjodoh dengan Netflix, yang sangat tertarik pada film ini,” ungkap Manoj Punjabi di kawasan Jakarta Selatan, belum lama ini.
“Tidak cuma itu, Deva Mahenra juga menegaskan bahwa dia sangat menginginkan peran Faiq. Ini menjadi kesempatan yang bagus untuk kerja sama pertama antara MD dan Netflix yang dimulai dengan konten yang baik pula,” terangnya.
Nah sementara itu, Habiburrahman El Shirazy menjelaskan bahwa cerita ini terinspirasi dari fenomena di masyarakat.
Katanya, fenomena yang dimaksud itu tentang ketulusan dalam mengangkat anak dan perjalanan menemukan jodoh dalam keluarga.
“Ketika akan menjadi film, kami kembangkan sisi edukasi yang belum ada sekaligus untuk memperkuat dramatisasi. Namun kisah cinta tetap menjadi fokus utamanya,” tutur Habiburrahman El Shirazy
Menariknya, bagi Anggy Umbara, film ini menjadi tantangan tersendiri karena merupakan kali pertama baginya menyutradarai drama religi bertema cinta.
“Ini sebuah tantangan bagi saya, dan saat ditawari saya langsung mengiyakan karena ini sebuah kehormatan,” beber Anggy.
“Dari pertama saya sudah berikrar akan memberikan yang terbaik, dan dari cerita, nilai produksi, sampai lokasi pun semuanya digarap dengan penuh effort. Ini kisah cinta Islami yang sederhana sekaligus menghangatkan hati dan sangat penuh makna,” jelasnya
Manoj Punjabi pun menambahkan bahwa filmSetetes Embun Cinta Niyala tidak hanya menampilkan budaya Indonesia, tetapi nih ya, katanya juga mengangkat nilai-nilai Islam dengan cara yang halus dan tidak menggurui.
“Bagi saya, unsur dan pesan agama di film ini tampil dengan halus dan tidak menggurui sehingga bisa relevan pula dengan penonton global,” tutupnya.
