Momen pertemuan tersebut, diakuinya, terjadi berkat dorongan dari sang istri, Lady Nayoan.
“Aku baru ketemu papa pas umur 27 tahun, itu juga berkat Lady,” ujar Rendy saat ditemui di Bandara Soekarno Hatta, Minggu (5/1/2025) malam.
“Yang aku tahu papa itu pas aku udah kenal dia orang yang nggak pernah ambil pusing sama masalah,”
Meski hubungan fisik mereka jarang terjalin karena perbedaan tempat tinggal, Rendy merasa ikatan emosionalnya dengan sang ayah cukup erat.
Bahkan, ia sering menjadikan ayahnya tempat curhat, terutama saat menghadapi permasalahan rumah tangganya dengan Lady.
“Terakhir saat masa terbesar kita, aku sempet telepon papa, ‘Ini Rendy harus gimana?’ gitu kan,” ungkap Rendy.
“Papa cuma kasih solusi ke Hua Hin aja, ‘Kamu baik-baik aja dulu. Kalau mau nenangin diri kamu ke sini aja. Pokoknya semuanya bakal baik-baik aja,'” tambahnya.
Berita kepergian sang ayah pada usia 80 tahun akibat penyakit liver menjadi pukulan berat bagi Rendy. Ia mengaku masih sulit mempercayai kabar duka tersebut, mengingat kondisi sang ayah yang masih sehat pada Oktober 2024 lalu.
“Ya dibilang berat, berat banget, masih nggak percaya. Oktober papa itu masih nggak kenapa-kenapa, masih sehat,” kata Rendy.
Rendy juga menceritakan bagaimana sang ayah merahasiakan kondisi kesehatannya yang menurun.
“Di momen dia sakit kemarin itu aku nggak ada karena papa itu nggak mau sampai aku tahu. Papa itu sempet ngomong ‘Sorry.’ Nggak perlu ada yang disesali karena dia udah nggak sakit lagi,” tuturnya.
Rendy dan Lady segera terbang ke Thailand untuk mengurus proses kremasi dan berbagai urusan terkait kematian Ernest Kjaernett. Meski kehilangan terasa berat, Rendy mencoba menerima kepergian sang ayah dengan lapang dada.